Laman

Kamis, 02 September 2010

Part 1: Asal Mula Nama Kacang

Namanya Kevin. Lengkapnya Kevin Hutama Saputra R. Meski namanya Kevin, teman – teman lebih sering memanggilnya dengan sebutan kacang. Ga tau dari mananya kok bisa dipanggil kacang.
“ehm, kan, kok Kevin dipanggil kacang kenapa, yah?” tanya Kevin suatu hari pada salah satu sahabatnya, Kanya.
“Kanya juga ga tau. Mungkin gara – gara kejadian itu..” jawab Kanya pelan. Takut kedengaran yang lain.
Flashback,
“radit!!!” teriak Syifa sambil berjalan ke arah anak yang dipanggil radit itu.
“apaan, sih, cing?” tanya anak yang dipanggil radit itu.
“ye, orang aku panggilnya radit, malah manggil cing! Yadah, edit! Kupanggil mencit aja!!” ujra Syifa manyun.
“yee.. biarin! Oranag peresmiannya kemarin malem di rumah aku..” jawab radit seenaknya.
“hah? Kok ga bilang, sih? Agh, dasar mencit sialan!!” bentak Syifa ngambek. Radit tertawa puas.
“eh, emang manggil aku mau ngapain?” tanya radit.
“eh, iya! Noh, si Kevin, makan kacang mulu dari tadi! Nggak mau ngerjain tugasnya!!” jelas Syifa manyun.
“bilang sama ketuanya, dong! Aku, kan, anggota!!” kata radit cuek.
“yaelah, mencit! Si kancil udah teriakin dia biar ngerjain tuh tugas, tapi dia malah cuek aja sambil terus makan kacangnya..” jelas Syifa lagi.
“Kanya? Sama aja?” Syifa mengangguk.
“Kevin!!!!!!!!!” teriak radit. Kevin menoleh.
“apa?” tanyanya.
“kerjain tuh tugas!!” bentak radit sambil menghampiri Kevin yang duduk di deapn pintu kelas. Namun, Kevin tak menggubrisnya. Dia malah makin mempercepet acara mengunyah kacangnya di mulutnya.
“Kevin!” bentak Syifa.
“apaan?” tanya keivn santai.
“kerjain!!” Kevin menarik tangan Syifa kencang, untuk bisa melihat kejadian yang sesungguhnya.
“assyifa zahrantiara, liha ini!” perintah Kevin sambil menunjuk doni dan shirin yang juga berada di dekat tempat Kevin duduk sambil memakan kacang tadi.
“apa? Ini kan doni sama shirin..” ucap Syifa bingung.
“hh.. itu yang dipegang?”
“kertas..”
“nah, Syifa, radit, sini!!” radit ikuti perintah Kevin. “gini, loh! Aku kan mau ngerjain tugas, terus mereka datang. Mau bantuin aku. Aku bilang ga usah, ini tugasku. Terus, mereka maksa. Ya udah aku biarin. Tapi, eh malah dikerjain sendiri sama mereka. Aku udah bilang, jangan semuanya. Ntar dimarahin sama temen – temen. Eh, malah aku dikacangin. Terus, aku teriak kacang.. kacang.. dateng tukang kacang. Dikiranya aku manggil tuh tukang kacang. Yah, dasar o’on! Aku kepikiran, daripada bosen dikacangin mereka berdua yang lagi kasmaran, aku beli aja tuh kacang. Sekalian buat ganjel perut. Laperr!!” cerita Kevin panjang lebar kali tinggi sama dengan volume balok tanpa ada titik, koma, sama tanda baca lainnya. Syifa sama radit geleng – geleng kepala.
“napa kalian?” tanya Kevin bingung.
“penyakitmu kumat, yah? Belum dikasih obat sama si Galang?” tanya radit. Kevin cengengesan.
Flashback belum tamat, tapi Kevin nerocos lagi.
“heh! Bukan itu gara – garanya, Kanya!! Itu kan waktu aku dikacangin si shirin doni.. bukan waktu aku mulai dipanggil kacang!!” cerocos Kevin kesal.
“penyakitmu kumat!!” teriak Kanya. “aku kan belum selesai Kacang!!” Kevin tersenyum geli.
Saat Kanya akan membuka mulut, tiba – tiba dia melihat dua makhluk dari tempat lain sedang menghampiri mereka sambil melambai – lambaikan tangan. Mereka terlihat senang dan gembira.
“eh, lang, dua sejoli lagi bermesraan!” ujar seorang anak perempuan berambut panjang dengan bando biru diatasnya.
“haha.. benar, syif! Mendingan kita tadi ga usah kesini tadi kalo liat anak yang lagi pacaran. Mending kita..”
“Stop, Galang, Syifa!!” potong Kevin cepat – cepat.
Dua makhluk tuhan yang ternyata bernama Galang dan Syifa langsung menutup mulut mereka menggunakan tangan masing – masing. Mereka paling tak suka mendengar Kevin marah. Karena bila Kevin marah,
“udahlah, cang! Ntar kambuh!!” kata Galang pelan.
“habis kalian gitu, sih..” kata Kevin ngambek.
“ya maaf. Emang kalian ngapain, sih, berdua disini?” tanya Galang heran.
“iya, kalian ngapain? Cerita apa? Kok kita nggak diajak, sih?” tanya Syifa.
“kita mau cerita soal asal mula Kevin dipanggil kacang..” jawab Kanya sedikit sok.
“gaya lo, tuh!!” celetuk seorang anak laki – laki sambil melempar kulit kacang kearah Kanya.
“woy, sialan, lo!!” teriak Kanya.
“udah, deh! Kevin dipanggil kacang? Wah, seru, tuh! Bukannya kalo nggak salah Kevin dipanggil kacang gara – gara istirahat dulu, yah?” tanya Galang bertubi – tubi.
Flashback lagi!!
Dua hari setelah kejadian itu. Kanya masuk ke kelas dengan ogah – ogahan. Kalian tahu kenapa? Tempe!! Salah! Soalnya, jam pertama ini perlajarannya bu jihan, guru IPS ter killer di sekolahnya. Dan, hampir setiap pertemuan, Kanya pasti dapat tugas buat maju ke depan. Dan, dia selalu dapat ceramahan yang panjang. Itu yang bikin dia males.
“hai, kan, udah ngerjain tugas IPS?” tanya doni, teman sebangkunya.
“belum” jawab Kanya ogah – ogahan. ‘hah? Belum???? Santai amat aku jawabnya! Amat aja mungkin gak sesantai itu, dong!!!’ teriaknya dalam hati.
“loh, kok belum, sih?” timpal Kevin yang duduk di bangku belakangnya.
“emang lo udah?” tanya Kanya cuek.
“belum..” jawab Kevin ngenyir.
“alah, belum ngerjain aja belagu..” ujar Kanya sambil ngeluarin buku tugas IPSnya dari tasnya.
“Ini lagi nyontek punya Syifa..” kata Kevin santai.
“nimbrung!!” pinta Kanya sambil duduk di tempat Syifa yang ada di sebelah tempat duduk Kevin.
“yee!!” ledek Kevin. Kanya tersenyum.
Lalu mereka ngerjakan tugas IPS bareng. Eh, bukan ngerjain bareng. Tapi, nyontek bareng.
Selesai menyontek,
“eh, ngomong – ngomong Syifa sama Galang mana?” tanya Kanya celingukan. Yah, soalnya dia belum lihat dua temannya ini.
“tadi Syifa keluar, ke kelas sebelah.. kalo Galang, dia juga keluar. Mungkin ngikutin Syifa..” jawab Kevin.
“owhh!!” Kanya membulatkan mulutnya. “dasar pasangan yang aneh” tambahnya.
“kok aneh?” tanya Kevin bingung.
“yah, lengeket mulu kemana – mana. Kaya prangko sama surat..” jawab Kanya. Kevin manggut – manggut.

Flashback belum selesai. Lagi – lagi ada halangan
Gara – gara mendengar perkataan Kanya beberapa hari lalu mengenai Syifa dan Galang, mereka berdua langsung memelototi Kanya. Kanya berhenti bercerita, lalu menganggat jari telunjuk dan jari tengahnya.
“perasaan aku sama si bebek ini gak ada apa – apa..” kata Syifa dingin.
“iya. Kita kan nggak pernah pacaran!” bentak Galang.
“hehe..” Kanya nyengir. “siapa bilang kalian pacaran? Aku kan bilang kalian pasangan yang aneh. Kan bisa pasangan sahabat, teman, atau..” Kanya menggantung kalimatnya.
“PACAR!” teriak Kevin. Kanya tersenyum.
“sialan, lo!” kata Galang.
“udah – udah, lanjut!” ujar Kevin yang paling ga suka dengar Galang marah. Soalnya bisa – bisa bikin penyakitnya (Kevin) kambuh.
“iya, dah, kan! Lanjut! Lama – lama bisa mendidih denger lo berantem mulu sama bebek!” Syifa menyetujui perkataan Kevin.
“oke, yah, lanjut!” Kanya melanjutkan ceritanya.

Flashback start
“hai all!!!” teriak Galang dari depan pintu kelas.
“tuh, yang laki dateng! Pasti habis ini yang cewek dateng!!” tebak Kanya.
Benar kata Kanya. Tak lama kemudian, masuklah seorang perempuan. Yah, dia Syifa. Dia beda sama Galang yang ekspresif, selalu ceria. Dia orangnya cuek, santai, agak dingin sama temen.
Dua teman Kevin dan Kanya itu menghampiri Kevin dan Kanya lagi.
“hai, vin, kan!!” sapa Galang ramah yang disambut hangat Kanya dan Kevin.
“Syifa, tadi nyontek IPS!!” kata Kanya. Syifa mengangguk.
“aku ga dicontekin!!” ujar Galang ngambek.
“kamu belum ngerjain?” tanya Kanya.
Galang menggeleng. “dah..” jawabnya.
“yee.. ngapain nyontek kalo udah??” sungut Kevin kesal.
“gapapa..” jawab Galang santai.
“vin, Kevin!!!” teriak seorang laki – laki dari pintu kelasnya.
Kevin mendongak ke arah pintu. “iya, aldi!! Kevin datang!!” teriaknya sambil berjalan ke pintu kelas.
“eh, aku mau ngomong penting!!” kata anak yang dipanggil aldi itu sambil menarik Kevin.
Tettt!!!!!!!!!!! Teeeeeeettttttttttt!!!!!!! Bel masuk pun dibunyikan. Aldi gagal berbicara dengan Kevin.
“eh, al, ntar aja waktu istirahat..” ujar Kevin sambil berjalan masuk ke kelasnya Karen adia melihat dari kejauhan bu jihan sedang berjalan ke kelasnya, kelas 6 c.
“oke! Di deket tukang kacang, yah!!” pesan aldi. Kevin mengguk.

“anak – anak, hari ini kalian mendapat murid baru. Ayo masuk!” kata bu jihan seraya menarik seorang anak laki – laki untuk masuk ke kelas 6 c.
“sekarang, perkenalkan dirimu!” anak itu menggagguk.
“hai, namaku ahmad arsenna roziqin, panggil aja Senna apa arsenna. Pindahan dari SD Hang Tuah 7..” ujar anak itu memperkenalkan diri.
“hai Senna! Semoga kamu betah disini..” kata anak – anak kelas 6 c serempak.
“makasih..” jawab Senna sambil tersenyum yang sukses bikin para kaum hawa di kelas 6 c melting.
“eh, arsenna, silakan kamu duduk di sebelah Galang. Belakangnya Kevin sama asyyifa!” perintah bu jihan. Senna pun berjalan menuju ke bangku Galang, bangku paling belakang.
“akhirnya kita ketemu juga, lang!” ucap Senna sambil duduk di sebelah Galang.
“iya. Dan sekelas serta sebelahan..” jawab Galang dingin.

SKIPBREAK
“eh, al, tadi mau ngomong apa?” tanya Kevin yang sengaja menghampiri aldi di dekat tukang kacang sambil duduk di dekatnya. (jangan lupakan pesan aldi tadi)
“al..” Kevin menoleh ke sebelah kiri. Ternyata, aldi sedang berduaan dengan vinda, gebetan aldi di kelas 6 d.
“aldi!!” teriak Kevin. Namun, tak digubris oleh aldi.
“huh!” Kevin mendengus kesal. Lalu bersipa – siap dengan jurus mautnya.
“ehem.. ehem..” Kevin berdehem. Lalu, “KACANG.. KACANG.. ADA RASA PAHIT, ASIN, MANIS, ASAM, POKOKNYA SEMUA SERBA ADA!!” teriak Kevin. (Kevin kaya penjual kacang aja, yah!) yang membuat beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan cengo.
“eh, fir, ini, lo, ternyata yang jual kacang!” ujar seorang anak laki – laki pada teman perempuannya seraya menghampiri Kevin. Mereka berdua agak lebih kecil dari Kevin. Sepertinya mereka anak kelas 3 atau 4.
“owh, ini, toh! Kok kecil, yah, dan?” tanya si cewek.
‘maksudnya apa?’ pikir Kevin bingung.
“gatau. Palingan menciut” jawab si cowok. “eh, bang, kacangnya rasa asin sebungkus, yah!” kata si cowok sambil memberikan uang limaribuan pada Kevin.
“hah?” Kevin cengo.
“yah, aku beli kacang rasa asinnya, sebungkus..” kata si cowok itu lagi.
Tiba – tiba saja terdengar gelak tawa dari sebagian orang – orang yang ada di situ. Terutama yang kenal sama Kevin. Kevin masih memikirkan kata – kata anak yang sepertinya adik kelasnya tadi sambil melihat selembar uang limaribuan yang disodorkan cowok itu. Tiba – tiba,
“HEH, KAMU PIKIR AKU, TUH, TUKANG KACANG APA? AKU ITU MURID SINI TAU!” teriak Kevin yang makin membuat tempat itu semakin ricuh.
“hah?” sekarang gantian cowok dan cewek itu yang cengo.
“dia bukan penjualnya, dek! Tapi saya penjualnya!!” teriak seorang laki – laki dari belakang Kevin.
“loh, dia bukan penjualnya? Lah, terus dia siapa, dong?” tanya si cowok.
“dia itu anak sini. Dia pelanggan setia saya..” jawab orang itu yang ternyata penjual ‘asli’ kacang.
“owh.. gitu..” si cowok dan si cewek manggut – manggut. “tapi kok pake kaos?” tanyanya lagi.
“aku habis olahraga, dek! Baju olahragaku udah kecil, ini aja baru pesan. jadi sementara pake baju bebas dulu..” terang Kevin sedikit sebal.
“eh, maaf, yah, kak.. ehm..” pinta si cowok dan si cewek.
“Kevin!’ jawabnya malas.
“owh, maaf, yah, kak Kevin!!” ucap cewok (cewek cowok) itu berbarengan.
“iya..”

Di kelas,
“Kevin si tukang kacang?” kata Syifa seraya membaca tulisan di papan tulis.
“hah?” Kevin kaget namanya disebut – sebut.
“noh, vin!” Galang menghadapkan kepala Kevin ke papan tulis.
“siapa yang nulis ini??” teriak Kevin yang membuat semua mata tertuju padanya.
“KEVIN SI TUKANG KACANG!! KEVIN TUKANG KACANG!!” teriak anak – anak kelas 6 c kemudian setelah menatap Kevin.
‘eh, kalo dilihat – lihat kok kaya tulisannya Senna, yah?’ pikir Galang. Matanya lalu menuju ke arah Senna yang sedang duduk menikmati acara tersebut.
Senna melihat Galang menatapnya. Dia pun tersenyum seakan berkata, ‘IYA!’
‘dasar Senna! Gak berubah – berubah dari dulu!’ pikir Galang kesal. “haahh.. udah, yuk! Ga usah dipikirin. Mending kita balik ke tempat duduk sebelum pak rahmat datang!” ajak Galang kemudian. Matanya tetap mengarah ke Senna.
“Senna!” panggil Galang ketika dia duduk di bengkunya. Senna menoleh.
“kamu apa – apaan, sih?” tanyanya pelan.
Senna tersenyum. “aku nggak apa – apa..”
“sen, kamu baru disini! Jangan bikin onar! Dan, ati – ati kalo ngomong1 mulut dijaga!” bisik Galang ke telinga Senna (ya iyalah di telinga. Masa di perut?)
“iya, iya!!” jawabanya kasar.

 PULANG SEKOLAH 
Di sebelah gerbang tempat Kevin dan Galang nongkrong,
“KACANG KACANG.. KEVIN TUKANG KACANG!!” ledek teman – teman yang berpapasan dengan Kevin dan Galang.
Tiba – tiba, datang makhluk yang tak disukai Kevin. Siapa lagi kalau bukang burhan dan hendri.
“wee.. ada yang dapet profesi baru, nih!” celetuk seorang laki – laki agak tinggi dari Kevin, lebih pendek dari Galang. Dia burhan. Reflek Kevin langsung menoleh ke arah sumber suara.
‘tahan, tahan.. Kevin, tahan..’ batin Kevin dalam hati.
“iya, nih! Tapi kok ga sepadan banget, yah, kerjaannya?” timpal teman yang tadi menceletuknya (burhan). Nah, dialah hendri.
“iya. Anaknya pengusahan wortel (*Kevin : eh, penulis, ga ada yang lebih bagus selain wortel? Emang kelinci? *penulis : suka – suka, dong! Emang kamu kan keluarga rabuni diambil dari bahasa inggrisnya kelinci, rabbit. *Kevin : heh! Diem napa? Itu nama keluarga paling aneh yang pernah kudengar. Dan itu nama kurahasiain mati – matian. Terutama sama si Galang yang deket banget sama keluargaku. *penulis : yang bikin penulis, suka – suka penulis!! *Galang : stoopp!! Daripada capek berantem, mending pantengin kegantenganku aja, loh!! *Kevin : apa hubungannya?? Apa pentingnya?? Muka kaya panci gosong aja songong! *Kanya : gak kayak, vin! Tapi emang panci gosong!!)kok kerjaannya jadi tukang kacang?” kata yang menceletuk pertama tadi (burhan).
Saking kesalnya, Kevin langsung meninggalkan kedua manusia gila. Tak lupa, Galang mengikutinya.
FLASHBACK END
“dasar tuh anak sialan!” runtuk Kevin ngamuk.
“eh, kan, kok tau cerita yang pas pulang sekolah?” tanya Galang heran.
“aku sama Syifa gak sengaja ngelihat. Iya ga syif?” Kanya meminta persetujuan dari Syifa dan langsung didapati anggukan oleh Syifa.
“ish, dasar!” kata Kevin kesal.
“sabar, yah, cang! Semoga ledekannya makin langgeng sampai tamat sekolah nanti, sampe kerja juga gapapa..” kata Galang.
“ngibur sih gapapa. Tapi jangan gitu, dong!” Kevin ngambek.
“hehe.. maaf. Tapi kan malah bagus kalo dipanggil kacang, kok!” kata Galang.
“iya, lebih baik kacang daripada kencing!” kata Kanya.
“huh! Yaudah, terserah. Eh, syif, kok dari tadi gak ngomong?” kata dan tanya Kevin. Syifa diam tanpa kata.
“biarin, cang! Bête dia. Bukunya habis disobek Burhan!!” bisik Galang tepat di telinga Kevin. Kevin mengangguk mengerti.
“eh, tunggu!” Kevin tiba – tiba teringat sesuatu.
“apa?” tanya Kanya Galang kompakan.
“kok aku dipanggil kacang? bukannya barusnya tukang kacang?” tanyanya.
“kata radit, sih, kalo tukang kacang kepanjangan. Jadi, disingkat, deh!” jawab Galang. Kevin manyun tapi tetep ngangguk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar