Laman

Senin, 27 September 2010

biru biruku..

Sudah 2 kali aku kehilanganmu. Yang pertama, saat aku kelas 6 dulu. Temanku mematahkanmu begitu saja. Aku sangat sedih, aku menangis saat itu. Rasanya, ingin kucocok – cocok ampe sekarat yang menghancurkan dirimu. Meskipun dia MANTAN PACAR GADUNGANKU!!

Sekarang, yang kedua kalinya. Kemarin saat mengukur tinggi kacang hijau erva, aku tak sengaja meninggalkanmu begitu saja. Dan, sekarang, engkau menjadi milik ******. Selamat jalan, semoga kau bahagia!! Love you!!

Oranye, kusayang dirimu!!!!!!!
Yah, sudah 2 bulan aku kehilangan dirimu. Selama itu aku merasa kesepian sangat. Aku sampe kepikiran kamu terus. Kangen.. itulah yang ada dipikiranku tentang kamu.
Aku teringat, saat kamu membantuku ketika sedang mengukur panjang, mengukur tinggi batang, mengukur apapun yang dibutuhkan.
Aku rindu setengah mati kepadanya
Sungguh kuingin dia tahu
Aku rindu dia setengah mati…

Huah, kok dia nggak sadar, yah, kalo aku kangen sama dia??? Aku pengen pegang dia lagi, aku pengen peluk dia lagi, aku pengen pake dia lagi, dan yang terpenting, aku pengen milikin dia lagi!!!!

Ketika rintihan tangisku
Tak juga bisa membuatmu mengerti
Aku pun semakin menangis
Di dalam pikirku kuteringat dia..
Haruskah diriku menanti keajaiban
Berharap dirimu bisa mengerti denganku
Walau kau tak sadar dengan kesalahanmu
Ku tak akan ikhlaskan dia bersamamu..
Yah, aku bener – bener gak bisa ikhlasin kamu diambil sama dia. Ayo, dong, balik ke aku!! Aku janji gak akan sia – siain kamu kaya yang coklat waktu itu.
Flashback :
“ndi, e, gawa rene!” teriak **** dari belakang.
“nggak mauuuuuuu!!!!!!!!!!!” teriakku sambil menepis tangan – tangan jahil yang ingin mengambil si coklat.
Saat aku sedang berdiskusi dengan puput ta endang gitu, tiba – tiba ada yang mengambil coklat. Waktu itu coklat kutinggalkan seorang diri di meja.
“yee!! Entokk!! Kucing!!”sorak seorang temanku. Namanya ega.
“ega, jangan kasihin ke ****, loh! Nanti dipatahin!!!”
Saat aku sedang berkata seperti itu, ega sudah memberikannya ke cus. “loh, cing, udah kukasihin ke cus..”
“ah, ega!!!!!!!!!!!!! Cus, mana? Balikin, ga???” bentakku pada teman belakang ega, namanya heru. Tapi temen – temennya pada manggil dia cus. Gatau napa. Aku ngikut aja. Secara, kan, aku anak baruu..
“moh!” jawab cus sambil akan memberikannya ke ****.
“cus!!!”
“moh!!”
“cus!!”
“wis tak kekno, cing!” kata cus setelah memberikan si coklat pada.. ****!!!!!!!!!!!!!!
“cussssssss!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ****, mana balikin, gak??” aku ngamuk berat sama cus. Sekarang aku berpaling (?) ke ****.
Eh, malah gaditanggepin. Dia dengan asyik bin santai bin bahagia bin bangga bin senang bin apadeh kelamaan mukul – mukulin mejanya pake si coklat.
“****, baikin!!!” mukaku udah merah. Firasatku aneh.
Lamalamalama, aku capek nanggepin dia. Aku balik lagi ke tugasku (aku kan anak rajin) sambil sesekali menatap **** yang asyik bermain – main dengan si coklat.
Pletak!! Krosak!! Bum!!! (? Apadeh bunyinya). Jderrr!!! Jantungku berdebar – debar. Gak ercaya dengan apa yang kulihat dan kudengar.
“hyah!!! Ceng, tugel, ceng!” kata temenku, namanya sutik.
“hah? Patah?” aku gak percaya. Mukaku dah merah.
“hih! Tugel?” sorak **** dan teman – teman.
Aku dah berusaha tabah dan tahan. Dia balikin coklat dalam keadaan yang mengenaskan (?). pas yuda risal datang ke tempatku dan menanyai tentang kabar coklat, aku dah gatahan lagi.
“UDAH, DEH, UDAH!!!!!!!!” teriakku lalu telungkup di meja dan menangisi si coklat yang memiliki banyak kenangan itu. Dari pernah dipinjem reza sampe ******.
Selesai nangis,
“ega!! Ini semua gara – gara kamu!! Cus juga!!” bentakku.
“kok aku?” tanya ega.
“emang” jawabku enteng.
“lapo tek aku?” tanya cus juga. “ora salahku iki!!”
“bodo’! coba aja ga kalian kasihin ke ****. Pasti ga hancur kaya gini!!!!!!” kataku bener – bener nyesel.

Flashback end.
Aku kangen kamu!!!!!!!!!!! Semuanya!! Coklat, oranye!!! Huaaaaaa!!!!!!!!! Balik, dong!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Buat yang jagain oranye sekarang, jaga dia baik – baik, yah! Aku akan selalu sayang dan cinta sama dia. Sama kaya aku menyayangi coklat.
Oranye dan coklat sama – sama memiliki kenangan – kenangan yang indah.
I miss you, orange and brown!!! I love you forever!!!!!!

NB : kalo ada kata – kata cing, ceng, kuceng, kucing, itu panggilanku waktu sd kelas 6.

Rabu, 22 September 2010

Soulmateku

Sudah 1 tahun kita bersama,
Dalam sedih, senang..
Semua kita lalui bersama,
Tanpa ada acara marah – marahan
Tapi, ternyata tuhan berkehendak lain
Tuhan tak ingin kita terus bersama
Dan akhirnya, pada hari kamis,
Tanggal 29 juli 2010,
Aku harus berpisah denganmu

Ini terbukti ketika jum’at,
Tanggal 30 July 2010,
Kau bukan menjadi soulmate ku lagi
Selamat tinggal soulmate ku yang paling kusayang,
Aku akan merindukanmu..


Meski kau bukan menjadi milikku lagi,
Aku berjanji akan selalu manyayangimu,
I <3 you forever!!

Sudah 2 kali aku kehilanganmu. Yang pertama, saat aku kelas 6 dulu. Temanku mematahkanmu begitu saja. Aku sangat sedih, aku menangis saat itu. Rasanya, ingin kucocok – cocok ampe sekarat yang menghancurkan dirimu. Meskipun dia MANTAN PACAR GADUNGANKU!!

Sekarang, yang kedua kalinya. Kemarin saat mengukur tinggi kacang hijau erva, aku tak sengaja meninggalkanmu begitu saja. Dan, sekarang, engkau menjadi milik ******. Selamat jalan, semoga kau bahagia!! Love you!!

Yah, sudah 2 bulan aku kehilangan dirimu. Selama itu aku merasa kesepian sangat. Aku sampe kepikiran kamu terus. Kangen.. itulah yang ada dipikiranku tentang kamu.
Aku teringat, saat kamu membantuku ketika sedang mengukur panjang, mengukur tinggi batang, mengukur apapun yang dibutuhkan.
Aku rindu setengah mati kepadanya
Sungguh kuingin dia tahu
Aku rindu dia setengah mati…

Huah, kok dia nggak sadar, yah, kalo aku kangen sama dia??? Aku pengen pegang dia lagi, aku pengen peluk dia lagi, aku pengen pake dia lagi, dan yang terpenting, aku pengen milikin dia lagi!!!!

Ketika rintihan tangisku
Tak juga bisa membuatmu mengerti
Aku pun semakin menangis
Di dalam pikirku kuteringat dia..
Haruskah diriku menanti keajaiban
Berharap dirimu bisa mengerti denganku
Walau kau tak sadar dengan kesalahanmu
Ku tak akan ikhlaskan dia bersamamu..

Kamis, 02 September 2010

my story

Pagi hari di SMP Cikal,
Kevin berjalan ke kelasnya dengan tampang lesu, malas, tak bergairah, tak punya semangat, dingin, cuek dengan teman – teman dan fans nya yang menyapanya. Yah, seperti biasa. Sesuatu yang membuat dirinya seperti ini.
“huah, lagi – lagi tuh anak kumat..” gumamnya sambil masuk ke kelasnya yang ada di depan mata, kelas 7 B. “padahal lagi males, hh..”
“Kevin!!!!” teriak Asca, teman sebangkunya.
“apaan, sih, ca??” Tanya Kevin seraya meletakkan tasnya ke kursi.
“nyontek fisika, dong!!” pinta Asca. Kevin pun mengeluarkan sebuah buku berwarna biru bergambar finding nemo, itulah buku fisika.
“thanks, ya! Eh, tadi Kevin dipanggil bu rita..” kata Asca. Kevin langsung ke luar emnuju ruang guru.
Sesampai di ruang guru,
“permisi, bu, ada apa??” Tanya Kevin seraya masuk ke ruang bu rika.
“Kevin duduk!” perintah bu rika. “kamu ikut lomba futsal, yah!!” pinta bu rika langsung to the point. Kevin jadi cengo.
“begini, Kevin, sekolah mengadakan lomba setiap tahunnya. Nah, pak Ervin bilang ke saya, katanya permainan futsal kamu bagus. Beliau ingin kamu negikuti lomba futsal ini. Owh, ya, lomba ini lomba antar sekolah..” ujar bu rika panjang lebar.
“owh..” kata Kevin. Gubrak, deh bu rika. Udah ngomong panjang, eh jawabannya cuman OWH!!
“jadi kamu mau ikut??” Tanya bu rika.
“kapan??”
“sebulah lagi..”
“bisa kupikir – pikir dulu, bu??”
“silakan. Secepatnya, yah!!”
“baik, bu, permisi..”


Waktu yang sama di labschool,
Syifa berjalan gontai ke kelasnya. Dengan tampang yang terkesan cuek, santai. Wajahnya yang manis membuat orang – orang yang melihatnya langsung terpesona. Terutama yang laki – laki. Mereka amat sangat terpesona.
Sampai di kelasnya, kelas 7 D (mantan kelasku, XD), dia langsung meletakkan tasnya di kursinya dan berlalu keluar kelasnya.

“woy!! Piket, woy!!” teriak seorang temannya.
“ntar! Ada urusan!” jawab Syifa sambil berlari.

Sementara itu di SMP Pembangunan Jaya,
“gimana, kan? Mau??” Tanya seorang anak laki – laki berkulit agak putih.
“yah, Tanya Syifa sama Kevin, dong!! Lagian, kan, masih 2 bulan lagi..” kata seorang anak perempuan berambut panjang, berkulit sama seperti laki – laki yang menanyainya.
“kalo Syifa pasti mau asal ada Senna, kalo Kevin sih, juga. Asal ada kamu!!” kata anak laki – laki itu.
“Syifa nggak sama kamu???” Tanya Kanya agak teriak.
Galang langsung menutup mulut Kanya. Dia takut beberapa temannya mendengar hal ini.
“jaga mulutmu. Kalo ada yang denger, awas aja!!” ancam Galang.
“tapi kamu suka, kan?” selidik Kanya.
“gak!!” teriak Galang. Wajahnya memerah. Kanya tertawa puas.

Istirahat, @Kantin labschool,
Syifa sedang menyeruput jus alpukatnya hingga habis. Sherin, temannya juga ikut menyeruput es jeruknya. Namun masih tinggal sedikit.
“eh, syif, lo punya pacar?” Tanya sherin agak canggung.
“nggak..” jawabnya cuek.
“lah Galang pa Senna itu?” tannya sherin lagi.
“temen..” jawab Syifa cuek.
“owh..” sherin ber –o ria.
“lo? Pasti udah? Sama Brian??” kata Syifa menyelidik.
“gak!” ujar sherin ngamuk.
“gak apa gak??” selidik Syifa.
“lo mah gitu!!” runtuk Sherin kesal.
“ye, ngambek lagi! Ntar ada yang ga suka lo..” sindir Syifa.
“sapa?” tanya Sherin agak kesal.
“CELLIO BRIAN AUSTIN MAURITZ!!” kata Syifa agak keras yang membuat beberapa penghuni kantin menoleh ke arah mereka berdua. Sherin malu sangat. Tapi Syifa cuek aja. Malah dia jalan ninggalin Sherin buat bayar makanannya.
***
Sekolah Cikal
Kevin sedang asyik membaca majalah sambil makan spaghetti yang hampir habis. Dia benar – benar menikmati masa kejayaanya hari ini.
“vin, kok kayanya seru banget baca majalahnya?” tanya seorang anak laki – laki yang langsung duduk di depannya.
“Kevin kan penggemar Bobo..” ucap anak yang tak lain adalah Asca, teman sebangku Kevin. Dia sudah duduk di bangku sebelah Kevin sejak tadi. Sedang anak laki – laki yang baru saja menanyai Kevin hanya ber – o ria.
“eh, tadi jaya banget gue, Radit!” kata Kevin yang sedari tadi diam.
“udah bisa ngomong gue – elo, vin? Perasaan gara – gara peraturan nomor 106 SD Pembangunan Jaya dulu..” belum selesai radit ngomong, mulutnya dibekap sama Kevin.
“Kevin, apaan, sih??” tanya radit kesal sambil melepas bekapan Kevin.
“diem! Itu rahasia SD Pembangunan Jaya!!” bisik Kevin kesal. Radit nyengir lebar.
“jiah, malah nyengir!” ujar Kevin manyun.
“pis, kev! Hehe.. eh, lo udah bisa ngomong gue – elo lagi?” tanya radit.
“lagi latihan. Males kalo aku – kamu lagi. Temen – temen pada nganggep Muhammad Kevindra Gutomo anak yang baku!” jawab Kevin sambil menyeruput es jeruknya hingga habis.
“haha.. gue juga gitu, sih, pertamanya! Takutnya KAYA DULU. Tapi ternyata ga ada..”
“tapi lo kan udah terbiasa ngomong gitu sejak dulu. Jadi ga kaku..”
“ah, lo juga!”
“tapi pas kelas 5 – 6 lo masih berani ngomong gitu..”
“gak, kok. Diluar sekolah aja. Kalo di sekolah..” radit menggantung kalimatnya.
“haha.. iya gue tau. Eh, ntar ke SD, yuk!” ajak Kevin. Radit mengangguk.
“kalian ini ngomong apa, sih?” tanya Asca yang dari tadi dikacangin.
“apa aja yang penting oke!” jawab radit dan Kevin kompak, lalu bertos an.

Di SMP Hang Tuah 02,
Senna senyum – senyum sendiri sejak tadi waktu pelajaran Pak badu. Dan sampai sekarang, istirahat, Senna masih terus senyum – senyum sendiri. Ozy yang ada di depannya bergidik ngeri melihat Senna yang aneh itu. Tak lupa si brian yang juga semeja dengan Ozy dan Senna. Dia ikutan bergidik sambil berbisik – bisik pada Ozy.
“mah, kok anak kita dari tadi senyum – senyum sendiri, sih?” tanya brian berbisik.
“gatau, pah. Lagi habis sama Syifa kali..” Ozy agak ngerasin suaranya.
“iya kali, yah! Eh, aku coba ngetes dia, apa masih waras ta kaga!” Ozy mengangguk.
“sen, Senna, Senna!!” brian teriak – teriak ala pendemo. Namun, Senna masih keukeuh dengan senyuman gajenya.
“sen, Senna, kiamat, sen, kiamat!!” ozy ikut ngebantuin. Namun Senna nggakk ngedengerin.
“Senna!! Ada Syifa, tuh, di depan kantin!!” tiba – tiba Ozy punya ide bagus yang langsung bikin Senna kaget setengah mati.
“mana, zy? Mana? Mana orangnya, zy??”

Part 1: Asal Mula Nama Kacang

Namanya Kevin. Lengkapnya Kevin Hutama Saputra R. Meski namanya Kevin, teman – teman lebih sering memanggilnya dengan sebutan kacang. Ga tau dari mananya kok bisa dipanggil kacang.
“ehm, kan, kok Kevin dipanggil kacang kenapa, yah?” tanya Kevin suatu hari pada salah satu sahabatnya, Kanya.
“Kanya juga ga tau. Mungkin gara – gara kejadian itu..” jawab Kanya pelan. Takut kedengaran yang lain.
Flashback,
“radit!!!” teriak Syifa sambil berjalan ke arah anak yang dipanggil radit itu.
“apaan, sih, cing?” tanya anak yang dipanggil radit itu.
“ye, orang aku panggilnya radit, malah manggil cing! Yadah, edit! Kupanggil mencit aja!!” ujra Syifa manyun.
“yee.. biarin! Oranag peresmiannya kemarin malem di rumah aku..” jawab radit seenaknya.
“hah? Kok ga bilang, sih? Agh, dasar mencit sialan!!” bentak Syifa ngambek. Radit tertawa puas.
“eh, emang manggil aku mau ngapain?” tanya radit.
“eh, iya! Noh, si Kevin, makan kacang mulu dari tadi! Nggak mau ngerjain tugasnya!!” jelas Syifa manyun.
“bilang sama ketuanya, dong! Aku, kan, anggota!!” kata radit cuek.
“yaelah, mencit! Si kancil udah teriakin dia biar ngerjain tuh tugas, tapi dia malah cuek aja sambil terus makan kacangnya..” jelas Syifa lagi.
“Kanya? Sama aja?” Syifa mengangguk.
“Kevin!!!!!!!!!” teriak radit. Kevin menoleh.
“apa?” tanyanya.
“kerjain tuh tugas!!” bentak radit sambil menghampiri Kevin yang duduk di deapn pintu kelas. Namun, Kevin tak menggubrisnya. Dia malah makin mempercepet acara mengunyah kacangnya di mulutnya.
“Kevin!” bentak Syifa.
“apaan?” tanya keivn santai.
“kerjain!!” Kevin menarik tangan Syifa kencang, untuk bisa melihat kejadian yang sesungguhnya.
“assyifa zahrantiara, liha ini!” perintah Kevin sambil menunjuk doni dan shirin yang juga berada di dekat tempat Kevin duduk sambil memakan kacang tadi.
“apa? Ini kan doni sama shirin..” ucap Syifa bingung.
“hh.. itu yang dipegang?”
“kertas..”
“nah, Syifa, radit, sini!!” radit ikuti perintah Kevin. “gini, loh! Aku kan mau ngerjain tugas, terus mereka datang. Mau bantuin aku. Aku bilang ga usah, ini tugasku. Terus, mereka maksa. Ya udah aku biarin. Tapi, eh malah dikerjain sendiri sama mereka. Aku udah bilang, jangan semuanya. Ntar dimarahin sama temen – temen. Eh, malah aku dikacangin. Terus, aku teriak kacang.. kacang.. dateng tukang kacang. Dikiranya aku manggil tuh tukang kacang. Yah, dasar o’on! Aku kepikiran, daripada bosen dikacangin mereka berdua yang lagi kasmaran, aku beli aja tuh kacang. Sekalian buat ganjel perut. Laperr!!” cerita Kevin panjang lebar kali tinggi sama dengan volume balok tanpa ada titik, koma, sama tanda baca lainnya. Syifa sama radit geleng – geleng kepala.
“napa kalian?” tanya Kevin bingung.
“penyakitmu kumat, yah? Belum dikasih obat sama si Galang?” tanya radit. Kevin cengengesan.
Flashback belum tamat, tapi Kevin nerocos lagi.
“heh! Bukan itu gara – garanya, Kanya!! Itu kan waktu aku dikacangin si shirin doni.. bukan waktu aku mulai dipanggil kacang!!” cerocos Kevin kesal.
“penyakitmu kumat!!” teriak Kanya. “aku kan belum selesai Kacang!!” Kevin tersenyum geli.
Saat Kanya akan membuka mulut, tiba – tiba dia melihat dua makhluk dari tempat lain sedang menghampiri mereka sambil melambai – lambaikan tangan. Mereka terlihat senang dan gembira.
“eh, lang, dua sejoli lagi bermesraan!” ujar seorang anak perempuan berambut panjang dengan bando biru diatasnya.
“haha.. benar, syif! Mendingan kita tadi ga usah kesini tadi kalo liat anak yang lagi pacaran. Mending kita..”
“Stop, Galang, Syifa!!” potong Kevin cepat – cepat.
Dua makhluk tuhan yang ternyata bernama Galang dan Syifa langsung menutup mulut mereka menggunakan tangan masing – masing. Mereka paling tak suka mendengar Kevin marah. Karena bila Kevin marah,
“udahlah, cang! Ntar kambuh!!” kata Galang pelan.
“habis kalian gitu, sih..” kata Kevin ngambek.
“ya maaf. Emang kalian ngapain, sih, berdua disini?” tanya Galang heran.
“iya, kalian ngapain? Cerita apa? Kok kita nggak diajak, sih?” tanya Syifa.
“kita mau cerita soal asal mula Kevin dipanggil kacang..” jawab Kanya sedikit sok.
“gaya lo, tuh!!” celetuk seorang anak laki – laki sambil melempar kulit kacang kearah Kanya.
“woy, sialan, lo!!” teriak Kanya.
“udah, deh! Kevin dipanggil kacang? Wah, seru, tuh! Bukannya kalo nggak salah Kevin dipanggil kacang gara – gara istirahat dulu, yah?” tanya Galang bertubi – tubi.
Flashback lagi!!
Dua hari setelah kejadian itu. Kanya masuk ke kelas dengan ogah – ogahan. Kalian tahu kenapa? Tempe!! Salah! Soalnya, jam pertama ini perlajarannya bu jihan, guru IPS ter killer di sekolahnya. Dan, hampir setiap pertemuan, Kanya pasti dapat tugas buat maju ke depan. Dan, dia selalu dapat ceramahan yang panjang. Itu yang bikin dia males.
“hai, kan, udah ngerjain tugas IPS?” tanya doni, teman sebangkunya.
“belum” jawab Kanya ogah – ogahan. ‘hah? Belum???? Santai amat aku jawabnya! Amat aja mungkin gak sesantai itu, dong!!!’ teriaknya dalam hati.
“loh, kok belum, sih?” timpal Kevin yang duduk di bangku belakangnya.
“emang lo udah?” tanya Kanya cuek.
“belum..” jawab Kevin ngenyir.
“alah, belum ngerjain aja belagu..” ujar Kanya sambil ngeluarin buku tugas IPSnya dari tasnya.
“Ini lagi nyontek punya Syifa..” kata Kevin santai.
“nimbrung!!” pinta Kanya sambil duduk di tempat Syifa yang ada di sebelah tempat duduk Kevin.
“yee!!” ledek Kevin. Kanya tersenyum.
Lalu mereka ngerjakan tugas IPS bareng. Eh, bukan ngerjain bareng. Tapi, nyontek bareng.
Selesai menyontek,
“eh, ngomong – ngomong Syifa sama Galang mana?” tanya Kanya celingukan. Yah, soalnya dia belum lihat dua temannya ini.
“tadi Syifa keluar, ke kelas sebelah.. kalo Galang, dia juga keluar. Mungkin ngikutin Syifa..” jawab Kevin.
“owhh!!” Kanya membulatkan mulutnya. “dasar pasangan yang aneh” tambahnya.
“kok aneh?” tanya Kevin bingung.
“yah, lengeket mulu kemana – mana. Kaya prangko sama surat..” jawab Kanya. Kevin manggut – manggut.

Flashback belum selesai. Lagi – lagi ada halangan
Gara – gara mendengar perkataan Kanya beberapa hari lalu mengenai Syifa dan Galang, mereka berdua langsung memelototi Kanya. Kanya berhenti bercerita, lalu menganggat jari telunjuk dan jari tengahnya.
“perasaan aku sama si bebek ini gak ada apa – apa..” kata Syifa dingin.
“iya. Kita kan nggak pernah pacaran!” bentak Galang.
“hehe..” Kanya nyengir. “siapa bilang kalian pacaran? Aku kan bilang kalian pasangan yang aneh. Kan bisa pasangan sahabat, teman, atau..” Kanya menggantung kalimatnya.
“PACAR!” teriak Kevin. Kanya tersenyum.
“sialan, lo!” kata Galang.
“udah – udah, lanjut!” ujar Kevin yang paling ga suka dengar Galang marah. Soalnya bisa – bisa bikin penyakitnya (Kevin) kambuh.
“iya, dah, kan! Lanjut! Lama – lama bisa mendidih denger lo berantem mulu sama bebek!” Syifa menyetujui perkataan Kevin.
“oke, yah, lanjut!” Kanya melanjutkan ceritanya.

Flashback start
“hai all!!!” teriak Galang dari depan pintu kelas.
“tuh, yang laki dateng! Pasti habis ini yang cewek dateng!!” tebak Kanya.
Benar kata Kanya. Tak lama kemudian, masuklah seorang perempuan. Yah, dia Syifa. Dia beda sama Galang yang ekspresif, selalu ceria. Dia orangnya cuek, santai, agak dingin sama temen.
Dua teman Kevin dan Kanya itu menghampiri Kevin dan Kanya lagi.
“hai, vin, kan!!” sapa Galang ramah yang disambut hangat Kanya dan Kevin.
“Syifa, tadi nyontek IPS!!” kata Kanya. Syifa mengangguk.
“aku ga dicontekin!!” ujar Galang ngambek.
“kamu belum ngerjain?” tanya Kanya.
Galang menggeleng. “dah..” jawabnya.
“yee.. ngapain nyontek kalo udah??” sungut Kevin kesal.
“gapapa..” jawab Galang santai.
“vin, Kevin!!!” teriak seorang laki – laki dari pintu kelasnya.
Kevin mendongak ke arah pintu. “iya, aldi!! Kevin datang!!” teriaknya sambil berjalan ke pintu kelas.
“eh, aku mau ngomong penting!!” kata anak yang dipanggil aldi itu sambil menarik Kevin.
Tettt!!!!!!!!!!! Teeeeeeettttttttttt!!!!!!! Bel masuk pun dibunyikan. Aldi gagal berbicara dengan Kevin.
“eh, al, ntar aja waktu istirahat..” ujar Kevin sambil berjalan masuk ke kelasnya Karen adia melihat dari kejauhan bu jihan sedang berjalan ke kelasnya, kelas 6 c.
“oke! Di deket tukang kacang, yah!!” pesan aldi. Kevin mengguk.

“anak – anak, hari ini kalian mendapat murid baru. Ayo masuk!” kata bu jihan seraya menarik seorang anak laki – laki untuk masuk ke kelas 6 c.
“sekarang, perkenalkan dirimu!” anak itu menggagguk.
“hai, namaku ahmad arsenna roziqin, panggil aja Senna apa arsenna. Pindahan dari SD Hang Tuah 7..” ujar anak itu memperkenalkan diri.
“hai Senna! Semoga kamu betah disini..” kata anak – anak kelas 6 c serempak.
“makasih..” jawab Senna sambil tersenyum yang sukses bikin para kaum hawa di kelas 6 c melting.
“eh, arsenna, silakan kamu duduk di sebelah Galang. Belakangnya Kevin sama asyyifa!” perintah bu jihan. Senna pun berjalan menuju ke bangku Galang, bangku paling belakang.
“akhirnya kita ketemu juga, lang!” ucap Senna sambil duduk di sebelah Galang.
“iya. Dan sekelas serta sebelahan..” jawab Galang dingin.

SKIPBREAK
“eh, al, tadi mau ngomong apa?” tanya Kevin yang sengaja menghampiri aldi di dekat tukang kacang sambil duduk di dekatnya. (jangan lupakan pesan aldi tadi)
“al..” Kevin menoleh ke sebelah kiri. Ternyata, aldi sedang berduaan dengan vinda, gebetan aldi di kelas 6 d.
“aldi!!” teriak Kevin. Namun, tak digubris oleh aldi.
“huh!” Kevin mendengus kesal. Lalu bersipa – siap dengan jurus mautnya.
“ehem.. ehem..” Kevin berdehem. Lalu, “KACANG.. KACANG.. ADA RASA PAHIT, ASIN, MANIS, ASAM, POKOKNYA SEMUA SERBA ADA!!” teriak Kevin. (Kevin kaya penjual kacang aja, yah!) yang membuat beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan cengo.
“eh, fir, ini, lo, ternyata yang jual kacang!” ujar seorang anak laki – laki pada teman perempuannya seraya menghampiri Kevin. Mereka berdua agak lebih kecil dari Kevin. Sepertinya mereka anak kelas 3 atau 4.
“owh, ini, toh! Kok kecil, yah, dan?” tanya si cewek.
‘maksudnya apa?’ pikir Kevin bingung.
“gatau. Palingan menciut” jawab si cowok. “eh, bang, kacangnya rasa asin sebungkus, yah!” kata si cowok sambil memberikan uang limaribuan pada Kevin.
“hah?” Kevin cengo.
“yah, aku beli kacang rasa asinnya, sebungkus..” kata si cowok itu lagi.
Tiba – tiba saja terdengar gelak tawa dari sebagian orang – orang yang ada di situ. Terutama yang kenal sama Kevin. Kevin masih memikirkan kata – kata anak yang sepertinya adik kelasnya tadi sambil melihat selembar uang limaribuan yang disodorkan cowok itu. Tiba – tiba,
“HEH, KAMU PIKIR AKU, TUH, TUKANG KACANG APA? AKU ITU MURID SINI TAU!” teriak Kevin yang makin membuat tempat itu semakin ricuh.
“hah?” sekarang gantian cowok dan cewek itu yang cengo.
“dia bukan penjualnya, dek! Tapi saya penjualnya!!” teriak seorang laki – laki dari belakang Kevin.
“loh, dia bukan penjualnya? Lah, terus dia siapa, dong?” tanya si cowok.
“dia itu anak sini. Dia pelanggan setia saya..” jawab orang itu yang ternyata penjual ‘asli’ kacang.
“owh.. gitu..” si cowok dan si cewek manggut – manggut. “tapi kok pake kaos?” tanyanya lagi.
“aku habis olahraga, dek! Baju olahragaku udah kecil, ini aja baru pesan. jadi sementara pake baju bebas dulu..” terang Kevin sedikit sebal.
“eh, maaf, yah, kak.. ehm..” pinta si cowok dan si cewek.
“Kevin!’ jawabnya malas.
“owh, maaf, yah, kak Kevin!!” ucap cewok (cewek cowok) itu berbarengan.
“iya..”

Di kelas,
“Kevin si tukang kacang?” kata Syifa seraya membaca tulisan di papan tulis.
“hah?” Kevin kaget namanya disebut – sebut.
“noh, vin!” Galang menghadapkan kepala Kevin ke papan tulis.
“siapa yang nulis ini??” teriak Kevin yang membuat semua mata tertuju padanya.
“KEVIN SI TUKANG KACANG!! KEVIN TUKANG KACANG!!” teriak anak – anak kelas 6 c kemudian setelah menatap Kevin.
‘eh, kalo dilihat – lihat kok kaya tulisannya Senna, yah?’ pikir Galang. Matanya lalu menuju ke arah Senna yang sedang duduk menikmati acara tersebut.
Senna melihat Galang menatapnya. Dia pun tersenyum seakan berkata, ‘IYA!’
‘dasar Senna! Gak berubah – berubah dari dulu!’ pikir Galang kesal. “haahh.. udah, yuk! Ga usah dipikirin. Mending kita balik ke tempat duduk sebelum pak rahmat datang!” ajak Galang kemudian. Matanya tetap mengarah ke Senna.
“Senna!” panggil Galang ketika dia duduk di bengkunya. Senna menoleh.
“kamu apa – apaan, sih?” tanyanya pelan.
Senna tersenyum. “aku nggak apa – apa..”
“sen, kamu baru disini! Jangan bikin onar! Dan, ati – ati kalo ngomong1 mulut dijaga!” bisik Galang ke telinga Senna (ya iyalah di telinga. Masa di perut?)
“iya, iya!!” jawabanya kasar.

 PULANG SEKOLAH 
Di sebelah gerbang tempat Kevin dan Galang nongkrong,
“KACANG KACANG.. KEVIN TUKANG KACANG!!” ledek teman – teman yang berpapasan dengan Kevin dan Galang.
Tiba – tiba, datang makhluk yang tak disukai Kevin. Siapa lagi kalau bukang burhan dan hendri.
“wee.. ada yang dapet profesi baru, nih!” celetuk seorang laki – laki agak tinggi dari Kevin, lebih pendek dari Galang. Dia burhan. Reflek Kevin langsung menoleh ke arah sumber suara.
‘tahan, tahan.. Kevin, tahan..’ batin Kevin dalam hati.
“iya, nih! Tapi kok ga sepadan banget, yah, kerjaannya?” timpal teman yang tadi menceletuknya (burhan). Nah, dialah hendri.
“iya. Anaknya pengusahan wortel (*Kevin : eh, penulis, ga ada yang lebih bagus selain wortel? Emang kelinci? *penulis : suka – suka, dong! Emang kamu kan keluarga rabuni diambil dari bahasa inggrisnya kelinci, rabbit. *Kevin : heh! Diem napa? Itu nama keluarga paling aneh yang pernah kudengar. Dan itu nama kurahasiain mati – matian. Terutama sama si Galang yang deket banget sama keluargaku. *penulis : yang bikin penulis, suka – suka penulis!! *Galang : stoopp!! Daripada capek berantem, mending pantengin kegantenganku aja, loh!! *Kevin : apa hubungannya?? Apa pentingnya?? Muka kaya panci gosong aja songong! *Kanya : gak kayak, vin! Tapi emang panci gosong!!)kok kerjaannya jadi tukang kacang?” kata yang menceletuk pertama tadi (burhan).
Saking kesalnya, Kevin langsung meninggalkan kedua manusia gila. Tak lupa, Galang mengikutinya.
FLASHBACK END
“dasar tuh anak sialan!” runtuk Kevin ngamuk.
“eh, kan, kok tau cerita yang pas pulang sekolah?” tanya Galang heran.
“aku sama Syifa gak sengaja ngelihat. Iya ga syif?” Kanya meminta persetujuan dari Syifa dan langsung didapati anggukan oleh Syifa.
“ish, dasar!” kata Kevin kesal.
“sabar, yah, cang! Semoga ledekannya makin langgeng sampai tamat sekolah nanti, sampe kerja juga gapapa..” kata Galang.
“ngibur sih gapapa. Tapi jangan gitu, dong!” Kevin ngambek.
“hehe.. maaf. Tapi kan malah bagus kalo dipanggil kacang, kok!” kata Galang.
“iya, lebih baik kacang daripada kencing!” kata Kanya.
“huh! Yaudah, terserah. Eh, syif, kok dari tadi gak ngomong?” kata dan tanya Kevin. Syifa diam tanpa kata.
“biarin, cang! BĂȘte dia. Bukunya habis disobek Burhan!!” bisik Galang tepat di telinga Kevin. Kevin mengangguk mengerti.
“eh, tunggu!” Kevin tiba – tiba teringat sesuatu.
“apa?” tanya Kanya Galang kompakan.
“kok aku dipanggil kacang? bukannya barusnya tukang kacang?” tanyanya.
“kata radit, sih, kalo tukang kacang kepanjangan. Jadi, disingkat, deh!” jawab Galang. Kevin manyun tapi tetep ngangguk.

perpustakaan (narasi)

Pada hari Kamis tanggal 15 juli lalu, aku pergi ke perpustakaan widya pustaka di smpn 3 pati bersama teman – teman sekelasku. Aku mendapat tugas bahasa Indonesia yaitu mengetahui keadaan perpustakaan di smp 3 pati.
Ada tiga orang petugas yang mengurusi perpustakaan tersebut. Yakni pak eko suharyono atau biasa dipanggil pak eko, bu siskanira atau bu siska, dan bu yuniati atau bu yuni.
Saat berada di sana, banyak buku – buku yang tertata rapi di rak, dan ada juga beberapa tumpukan buku yang masih acak – acakkan di meja. Mungkin karena tak ada tempat untuk menyimpannya. Tempatnya banyak yang masih kotor dan berdebu.
Beberapa barang yang ada disana adalah Buku, pastinya ada, mebelair, alat tulis, alat kebersihan, kaset cd, kotak kartu pengontrol pengembalian buku, kotak kartu anggota perpustakaan
Buku – buku yang ada di sana banyak sekali. Beberapa buku yang ada disana adalah buku fiksi, buku non – fiksi, buku referensi, kliping, karya tulis, peta atlas, intisari, majalah computer, hello, derap guru, gerbang, Kompas, Suara merdeka, The Jakarta post, Bola, Cempaka, Penyebar semangat, dan lain – lain.
Pengunjung dan peminjam perpustakaan widya pustaka cukup banyak. Namun, tahun ini sepertinya mengalami penurunan dari tahun – tahun sebelumnya. Rata – rata pengunjung dan peminjam tahun 2010 sekitar 200 – 400 an per bulan sampai saaat ini. Anggotanya pada tahun ajaran 2009 – 2010 ada 623 orang.

Pemuda Dalam Mimpi Edelweis (sinopsis)


Edelweis Alya Putri Andjani, atau biasa dipanggil Edelweis adalah seorang anak  yatim piatu. Dia tinggal dengan kakaknya, Fajar. Dia selalu ingin melihat wajah ayahnya. Karena, dia belum pernah melihat wajahnya sejak dirinya dilahirkan di bumi.  Maka dari itu, akhir – akhir ini dia sering bermimpi seorang pemuda. Pemuda yang dia rasa pernah dikenalinya. Namun dia tak terlalu yakin dengan ingatannya. Mimpi itu datang beberapa hari setelah berziarah ke makam ayahnya.
Mimpi itu terus datang. Edelweis penasaran akau mimpinya itu. Jika dia bertanya pada kakaknya, selalu mendapat jawaban yang kurang memuaskan. Ahirnya, dia berusaha menceri tau sendiri lewat gudang. Dan, saat dia sedang mencari sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk, kakaknya datang. Saking penasaran, edelweiss memaksa kakaknya lagi yang kesekian kalinya untuk menceritakan siapa ayahnya, dan bagaimana beliau meninggalkan dia dan kakaknya.
Ternyata, ayahnya meninggal pada saat pendakian. Saat itu hujan lebat, menewaskan beberapa pendaki. Termasuk ayah mereka. Saat mendengar cerita kakaknya tentang kematian ayahnya, edelweiss menangis.
Masalah keingin tahuannya tentang ayahnya berakhir. Sekarang, datang masalah baru. Yaitu bimo, teman sekelasnya tewas setelah meminum obat serangga. Dia meminum obat serangga karena acara penembakannya terhadap  sisca, gagal. Sisca menolaknya mentah – mentah.
Setelah kematian bimo, datang seorang laki – laki yang tinggi, jangkung, tampan lagi di tempat Edelweis bersekolah. Dia dikagumi banyak perempuan. Termasuk sisca cs yang dulu pernah menolak almarhum bimo. Dia bernama Abim. Edelweis menduga sesuatu dalam anak ini. Namun, dia berusaha menutupinya.
Semenjak datangnya abim, banyak kejadian mengerikan terjadi. Dimulai dari meninggalnya Sisca dalam kecelakaan mobil di jembatan panus. Lalu Agnes, salah satu anggota dari Sisca cs. Dia tewas di kamar mandi sekolah, dalam keadaan yang mengenaskan, gantung diri. Diduga pembunuhnya adalah abim. Karena dia yang selalu berada bersama mereka sebelum meninggal.
Edelweis benar – benar terpukul atas apa yang telah datang dikehidupannya selama ini. Dia tek tega melihat teman – temannya, meninggal dengan posisi yang cukup memprihatinkan. Ada yang karena meminum obat serangga, tewas dalam kecelakaan mobil, hingga gantung diri.
Suatu hari, edelweis pergi ke makam ayahnya. Setelah mendoakan dan menaburi bunga serta membersihkan makam ayahnya, dia melihat Abim dimakam Bimo. Dia pun menghampirinya Karena, dia heran melihat ada Abim di makan Bimo.
Dia pun bertanya tentang keberadaan Abim di makam Bimo. Ada hubungan apa dia dengan Bimo? Dan, ternyata dugaannya selama ini tentang Abim benar. Abim dan Bimo adalah saudara. Dan, dia juga telah mendapat kesimpulan atas apa yang terjadi dengan teman – temannya beberapa waktu lalu.
Abim menganggap kesimpulan yang diambil Edelweis salah. Dia langsung menceritakan semua yang terjadi. Mulai dari kematian Sisca, hingga Agnes. Bukan dia yang membunuhnya. Namun, kakaknya, Bimbi yang membunuhnya. Biimbi meneruskan cerita Abim yang terpotong atas kedatangannya. Dia yang menjerat leher Agnes, dia juga yang membunuh Sisca. Dia mencekoki Sisca dengan alcohol hingga meninggal.
Setelah menceritakan semuanya, sasaran Bimbi adalah Edelweis. Saat dia hampir menghunuskan pisau ke tubuh Edelweis, Abim menghalanginya. Dia menyuruh Edelweis lari sekuat tenaga dari TKP agar tak menjadi mayat seperti teman – temannya.
Edelweis menghentikan larinya ketika dia mendengar suara jeritan. Saat dia menoleh ke belakang untunk yang kesekian kalinya, betapa terkejutnya dia. Pisau yang digenggam Bimbi, tertusuk ke tubuh Abim. Edel menangis kaget melihatnya. Apalagi Bimbi, kakak Abim, tertawa – tawa seperti orang kehilangan akal.
Dan, akhirnya nyawa Abim tak terselamatkan. Pisau setajam 15 cm menembus hingga hatinya. Dia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.